Testimony:
Love Conquers Distance

Mobirise

Halo, perkenalkan nama saya Kefen. Saya saat ini sedang berkuliah di Singapura dan biasanya beribadah di GKY. Saya ingin membagikan kesaksian mengenai kasih dan kemurahan Tuhan dalam Hubungan Jarak Jauh (LDR) dengan pasangan saya, Xena.

Kami berdua mengenal satu sama lain di tahun 2017, dipertemukan oleh salah satu teman dekat kami di tempat makan steamboat di Potong Pasir. Pada saat pertemuan pertama, kami berdua belum mau membuka hati masing-masing, karena merasa masih muda dan belum terpikir untuk mempunyai hubungan yang serius. Awalnya, kita berdua hanya teman main dan sahabatan dekat. Tetapi, karena terlalu sering bertemu, salah satu dari kami mulai ada muncul perasaan suka. Akhirnya saya menyatakan perasaan saya ke Xena dan awalnya, aneh banget rasanya dari best friend lalu berubah menjadi pasangan. Apalagi kami berdua mempunyai karakter masing-masing dan kebiasaan yang berbeda.

Yang membuat kita kadang merasa aneh adalah karena awalnya best friend, jadi cara bicara benar-benar seperti teman dekat. Bahkan, kita berdua sering kali miskom karena terbiasa mengambil keputusan sendiri-sendiri dan sudah terbiasa melakukan semua hal tanpa koordinasi. Kami berdua banyak belajar mengenal karakter masing-masing dan setelah mengenal, ternyata banyak kecocokan karakter. Dari sini kita belajar untuk bertoleransi dan mendengarkan perspektif masing-masing untuk mencari titik tengahnya.

Selama masa pengenalan, malam sebelum tidur biasanya kami voice call dan berdoa masing-masing. Saya berdoa supaya Tuhan memberikan petunjuk, “Apakah benar dia orangnya?” Dan saya kira saya hanya sendirian mendoakan ini. Ternyata, saat kita berdua sedang ngobrol baru ketahuan kalau Xena pun juga berdoa dengan permohonan yang sama. Setelah obrolan itu, saya mencoba mengajak Xena untuk berdoa bersama. Dari situ, setiap kita menemukan kesulitan, benar-benar kita merasa semuanya dilancarkan lagi. Kami merasa Tuhan hadir di hubungan kami. Kami merasa Tuhan memberi tanda melalui hal-hal kecil seperti ada perasaan yakin yang bertumbuh dan masing-masing dari kami jadi lebih mengerti dan menghargai setiap perbedaan. Juga muncul koneksi yang ga bisa di jelaskan dengan kata-kata.  

Pada Maret 2020, Xena lulus kuliah dan memutuskan kembali pulang ke Indonesia. Saya menemani Xena ke Indonesia sekalian untuk menghadiri acara keluarga, dan juga untuk menikmati masa-masa sebelum LDR (Long Distance Relationship) dimulai. Disaat itu, kami berdua benar-benar memanfaatkan waktu bersama. 1 hari sebelum keberangkatan saya kembali ke Singapore, kami berdua sedih sekali karena 2 tahun yang sudah kami jalani bareng-bareng terasa begitu sangat cepat dan harus dipisahkan oleh jarak. Tapi, kami yakin dan percaya kalau Tuhan akan memimpin hubungan ini.

Akhirnya, Xena mengantar saya ke airport untuk pulang ke Singapore. Di perjalanan menuju airport, kami berdua lebih banyak hening karena tahu kalau salah satu dari kami membicarakan tentang LDR, pasti akan sedih. Sesampainya di airport, kami berdoa dengan perasaan sedih “Tuhan, kita berdua gak tau apa yang akan terjadi di depan dan kami mohon supaya Tuhan yang pimpin hubungan ini supaya kita berdua bisa bertumbuh di dalam nama-Mu”. Inilah doa yang kita panjatkan sebelum berpisah. Akhirnya, saya berangkat ke Singapore untuk meneruskan studi saya. Awalnya, kita mengira kalau kita bisa ketemu paling tidak 1 bulan sekali. Tapi ternyata, disaat saya kembali ke Singapore, tidak lama kemudian ada pemberitahuan kalau border ditutup sementara. Jadi, mau tidak mau plan awal berubah semua. Ada perasaan takut, bingung dan sedih. Tapi semuanya kita serahkan ke Tuhan.

Di 3 bulan awal LDR, terasa begitu berat karena harus mengubah kebiasaan yang biasanya kita lakukan bersama, sekarang harus melakukan sendiri. Apalagi ditambah dengan kondisi Singapore yang pada saat itu menutup border yang membuat saya banyak di rumah dan berkomunikasi hanya melalui voice ataupun video call. Kadang kita kesulitan mencari waktu untuk bertukar cerita. Tapi kita berdua selalu mencari waktu yang tepat. Di titik ini, sejujurnya ada banyak alasan bagi kita berdua masing-masing untuk menyerah. Ada alasan kuat bagi kami untuk pergi dan mengerjakan impian kami masing-masing tanpa memperdulikan satu sama lain.

Tidak lama setelah itu, saya di diagnosa retina detachment dan harus segera untuk dioperasi. Perasaan saya pertama kali mendengar kabar itu adalah bingung, bingung next-nya harus apa, jauh dari pasangan dan juga keluarga. Ada ketakutan yang menghantui saya saat itu. Waktu saya masuk rumah sakit, semua saya urus sendiri dan memang pengunjung tidak boleh menjenguk pasien selama Covid kecuali keluarga. Setelah saya menjalani operasi dan tersadar, saya tau semua orang dekat saya yang di Indonesia menanti-nantikan hasil operasi saya. Di saat itu, dengan badan yang masih lemas saya menelepon orang tua dan kemudian Xena untuk memberi kabar kalau saya sudah keluar dari ruang operasi. Waktu itu saya merasa sangat sedih karena semua harus saya lalui sendiri tanpa ada orang terdekat. Saya pasrahkan semuanya kepada Tuhan, saya percaya disaat itu Tuhan akan memberikan yang terbaik. 

Mobirise

Yang paling berat di masa itu adalah, proses penyembuhan. Tapi saya sungguh merasa terberkati, ada beberapa saudara yang datang menjenguk saya di apartemen, memberikan makanan. Xena juga mencarikan bantal kecil pesawat untuk menyangga kepala saya karena posisi kepala harus selalu miring, memesankan makanan walaupun Xena ada di Indonesia. Melalu kejadian ini, yang tadinya saya pikir saya cuma sendirian, saya jadi merasa banyak sekali yang men-support saya. Tuhan benar-benar hadir lewat caranya yang tidak terpikirkan oleh saya. Melalui kejadian ini membuat saya lebih yakin Tuhan kasih kesempatan saya dan Xena bertumbuh dengan cara-Nya Tuhan sendiri. Dan disaat merasa down karena proses yang cukup panjang, Tuhan menjawabnya dengan banyak cara yang akhirnya membuat saya sadar kalau, “Ohh, dengan cara ini loh Tuhan jawab doaku.”

Akhirnya, beberapa bulan kemudian mata saya pulih tetapi masih di bawah pemantauan dokter. Selama LDR ini juga, kalau boleh dibilang hubungan kita berdua seperti naik roller coaster, ada suka, sedih, deg-degan, tawar hati dan excited lagi. Karena kita berdua sama-sama sedang beradaptasi dengan lingkungan baru dan kewajiban baru yang membuat kita berdua sering sekali mempunyai sedikit waktu untuk berkomunikasi. Masing-masing dari kita mempertanyakan, “Untuk apa dilanjutkan hubungan seperti ini?” Karena kita merasa sedang di posisi dimana hubungan ini gak ada harapannya, karena kita gak tau mau LDR sampai kapan. Di titik ini juga ada banyak pertanyaan-pertanyaan di dalam pemikiran kita masing-masing tentang semua ketidakpastian. Apalagi ditambah dengan banyak sekali cerita bahwa teman-teman kami gagal selama menjalani hubungan jarak jauh. Ini membuat saya dan Xena timbul rasa cemas dan resah bahwa semuanya yang kami bangun berdua akan sia-sia. Tapi, ada salah satu ayat alkitab yang selalu mengingatkan kami berdua:

Amsal 3:5-6
Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.

 

Dengan adanya Tuhan yang memimpin hubungan ini, semua kesulitan, ketakutan, kecemasan dan lain-lain terterpis satu persatu. Tidak lepas juga, untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik kepada pasangan. Contohnya, waktu Xena sedang kelelahan dan agak sedikit kacau jam makannya, saya suka memesankan Xena lunch atau dinner supaya jam makannya tepat. Di hari Minggu, kami berdua selalu meluangkan waktu untuk streaming kebaktian online bersama.

Atau, di suatu saat Xena lagi suka untuk mencoba bereksperimen membuat kue dan mencoba berbagai resep makanan, 2 minggu sekali saya mendapat parcel dari Jakarta berisi makanan-makanan yang Xena masak dan saya simpan untuk menjadi persediaan makanan dengan notes-notes kecil yang membuat saya tersenyum dan tidak merasa jauh sama sekali. Banyak banget hal yang tanpa disadari menjadi suatu hal yang membangun relasi kami menjadi bertambah erat.

Dari LDR ini kita belajar, ternyata Tuhan menjawab doa kita berdua dengan “cara-Nya” yaitu dengan sebuah ‘”Kesempatan” untuk belajar bertumbuh. Kedua, semua hal yang sudah kita rencanakan sebaik-baik mungkin, belum tentu akan terjadi, seperti planning kita diawal untuk bertemu sebulan sekali. Dari LDR ini juga, kami sadar bahwa pemikiran kami sangat terbatas dan tidak dapat dijadikan patokan yang pasti. Hal ini bukan berarti kita gak perlu lagi berpikir, berusaha dan merencanakan. Tetapi, pada saat kita sedang berpikir dan merencanakan, kita mempersilahkan Tuhan untuk menuntun kita dan terlibat secara langsung, bahkan meminta untuk mengubahnya jika rencana yang kita buat ternyata tidak sesuai dengan rancangan-Nya yang sempurna. Dari situ, Tuhan akan meluruskan jalan kehidupan kita dan mengarahkan kepada rencana yang sudah dirancang oleh-Nya.  

Untuk teman-teman yang sedang mau memulai LDR atau sedang menjalani LDR, semangat ya!  

RECENT NEWS

Info Persembahan

CONTACT

SEKRETARIAT GKY SINGAPORE
Fortune Centre
190 Middle Rd #12-01A
Singapore 188979
(+65) 97610900
info@gkysingapore.org

Website Software